Alumni Pesantren Usaha Makaroni Dari Modal 200 Ribu Tembus 2 Milyar

Tak pernah terpikirkan untuk menjadi seorang pengusaha bagi Doni Eka Saputra. Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah,Situbondo, ini mengaku awalnya berwirausaha hanya karena terdesak untuk menyicil uang bulanan mobil, reward dari salah satu usaha MLM.

opopjatim
Minggu, 08 Nov 2020
Alumni Pesantren Usaha Makaroni Dari Modal 200 Ribu Tembus 2 Milyar
Alumni Pesantren Usaha Makaroni Dari Modal 200 Ribu Tembus 2 Milyar

Tak pernah terpikirkan untuk menjadi seorang pengusaha bagi Doni Eka Saputra. Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah,Situbondo, ini mengaku awalnya berwirausaha hanya karena terdesak untuk menyicil uang bulanan mobil, reward dari salah satu usaha MLM. Hal itu ia sampaikan dalam acara Rahasia Sukses Santri di salah satu TV lokal di Surabaya yang bekerjasama dengan Kominfo Jatim dalam program OPOP.

“Istri saya waktu itu ikut salah satu MLM, padahal istri saya baru bergabung enam bulan tapi sudah dapat reward mobil. Tapi ternyata pihak MLM hanya membayar DPnya saja, selanjutnya saya harus melanjutkan cicilan mobil. Dari situ saya bingung, karena saya kan sebagai pengajar penghasilan 450 ribu perbulan mana bisa mencukupi cicilan senilai 2jutaan. Akhirnya saya ada uang 200ribu saya kasihkan istri, sama istri dibelikan makaroni,” cerita pria yang akrab disapa Doni tersebut.

Dari modal makaroni 200ribu itulah Doni memulai usaha barunya, beruntung snack yang ia buat diterima baik oleh pasar. Tak membutuhkan waktu lama kurang dari satu tahun, dirinya mampu menembus omset 2 Milyar dari berjualan makaroni. Keberhasilan ini pun bagi bapak tiga anak ini seperti mimpi namun nyata. Mulai merintis sejak September 2017, kini Doni memiliki kerajaan bisnis yang ia beri nama Adeeva Group dengan pelbagai macam usaha mulai dari makanan ringan, skincare, training bisnis online, travel, hingga fashion.

“Alhamdulillah ini suatu keajaiban dari berjualan makaroni goreng dengan modal beberapa kilo sampai bisa memproduksi 6-7 ton makaroni. Banyak agen, reseller tidak hanya datang dari Jawa saja, namun luar pulau seperti Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke Hongkong. Dari penghasilan penjualan makaroni itu saya kembangkan dengan bisnis lainnya, diantaranya skincare, fashion, juga ada travel khusus trip ke Lombok, karena keluarga saya asli Lombok,” ujarnya.

Bagi Doni kesuksesan suatu usaha harus dimulai dari niat yang baik. Salah satunya niat menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan lingkungan sekitar. Selain itu mengupgrade ilmu bisnis wajib dilakukan oleh seorang entrepreneur dengan mengikuti kelas workshop wirausaha, serta yang terpentin adalah selalu berinovasi dan melek akan kebutuhan pasar. Misalnya saja kondisi pandemi covid19 saat ini, ia manfaatkan untuk memproduksi minuman vitamin C yang ia beri nama NU Lemon.

“Jadi wirausaha harus selalu berinovasi jangan ketinggalan jaman. Contoh makanan ringan yang saya buat namanya juga unik-unik mengikuti selera pasar. Misalnya nama snack yang saya buat ini bermacam-macam ada Makaroni Setan (Mantan), Dada Usus Menggoda (Duda), Jawara Jamur Aneka Rasa (J-Jaka), Irisan Pisang Aneka Rasa (Ipar), Kembang Goyang (Eyang). Semua ini saya berdayakan tetangga, saudara untuk membantu proses produksi. Semakin banyak orang yang terlibat makin banyak kran rejeki itu prinsip saya. Misalnya juga bisnis travel yang saya buat itu saya juga berdayakan saudara di Lombok untuk memandu wisata. Yang penting bisnis itu harus diawali niat yang baik, selalu inovasi , dan melihat pasar apa yang dibutuhkan,” ujarnya.

Alumni Pesantren Usaha Makaroni Dari Modal 200 Ribu Tembus 2 Milyar

Menekuni bisnis sejak tiga tahun silam, alhasil Doni dipercaya untuk memberikan kelas wirausaha di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah tiap tahun. Menurutnya ponpes saat ini juga harus melek ekonomi, selain untuk bekal keterampilan para santri juga berguna untuk operasional pesantren. Sejalan dengan program yang digagas oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yaitu One pesantren One Product (OPOP), maka menjadi angin segar bagi para santri maupun alumni ponpes.

“Alhamdulillah saat ini ada OPOP yang menurut saya sangat-sangat membantu. OPOP ini bisa menjembatani kami  antara pemerintah dengan pelaku wirausaha para santri dan alumni tanpa harus banyak birokrasi. Selain itu koperasi-koperasi di ponpes juga akan berbadan hukum, dan yang pasti ada pelatihan untuk para santri,” ucap pria kelahiran Lombok tersebut.

Ditambahkan Doni saat sesi diskusi bersama M.Ghofirin, Sekretaris OPOP Jatim, menurutnya santri wirausaha akan berbisnis sesuai syariah islam. “Kalau santri menjadi wirausaha insyallah akan berdagang secara syariah, yang syubhat saja ditinggalkan apalagi yang haram, karena kita benar-benar mencari keberkahan. Contohnya saja bisnis MLM yang pernah istri tekuni itu kami tinggalkan karena dawuh kyai saat itu adalah bisnis ini bisnis syubhat,” tegasnya. Dipenghujung acara, pesan terakhir dari pengusaha muda berusia 31 tahun tersebut adalah agar para santri entrepreneur jangan lupakan sedekah. “Sedekah itu bisa kapan saja, mulai dari sedekah harian, mingguan, bulanan, tahunan, hingga sedekah brutal, kita harus ingat sebagai seorang muslim sebaiknya selalu memberi, tangan sebaiknya di atas,” imbuh pengusaha yang juga saat ini sedang fokus menggarap buku seputar entrepreneur. 

Sosok Doni Eka Saputra menjadi contoh  jika para santri pesantren bisa menjadi wirausaha sukses baik skala lokal, nasional, hingga international. Diketahui Jawa Timur merupakan gudang pondok pesantren, tercatat ada 6000 lebih ponpes yang ada. Dengan hadirnya OPOP yang mengusung tiga pilar, santripreneur, pesantrenpreneur, dan sociopreneur, akan mampu memberdayakan tiap-tiap pesantren hingga menyejahterakan masyarakat.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00