OPOP Jatim Cetak Santri Berjiwa Wirausaha
Mohammad Ghofirin, Sekretaris OPOP Jatim, optimis jika program OPOP yang digagas oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa mampu menyejahterakan ekonomi masyarakat berbasis pondok pesantren.

Mohammad Ghofirin, Sekretaris OPOP Jatim, optimis jika program OPOP yang digagas oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa mampu menyejahterakan ekonomi masyarakat berbasis pondok pesantren. Hal itu diungkapkan dirinya dalam diskusi Kopilaborasi Sambang Pesantren, yang dihelat di Pondok Pesantren POMOSDA, Nganjuk.
One Pesantren One Product (OPOP) merupakan program unggulan khusus untuk santri di Jawa Timur orisinil gagasan Gubernur Jatim dengan memberdayakan santri, pesantren, dan masyarakat sekitar pesantren. Diharapkan para santri ini nantinya mampu menelurkan produk unggulan yang mampu diterima di pasar lokal, nasional, hingga internasional.
M.Ghofirin menjelaskan jika saat ini tugas pokok utama santri tidak hanya belajar seputar agama saja, namun juga berbisnis. Ia menargetkan jika OPOP selama lima tahun kedepan akan mampu mewujudkan 1000 prodük dari 1000 pesantren. Hal tersebut merupakan suatu kebanggan jika operasional ponpes di Jawa Timur tidak hanya bergantung pada iuran santri maupun donasi pihak lain, namun bisa menghasilkan profit dari produk sendiri sehingga membuat pesantren berdikari , berdaya secara ekonomi.
“Tidak semua alumni pesantren harus jadi kyai,dai, atau guru ngaji. Sebagian mereka justru harus dihadapkan dengan kenyataan berbisnis. Yang menjadi catatan adalah mereka berbisnis ini karena terpaksa, bukan didesain saat meraka menjadi santri. Dengan ini Gubernur Khofifah ingin lika alumni pondok pesantren mempunyai bekal kewirausahaan selama menempuh pendidikan di ponpes,” jelasnya.
Melihat hasil produk pertanian organik Pondok Modern Sumber Daya Al-Taqwa (POMOSDA) Nganjuk, M.Ghofirin makin optimis dengan OPOP yang sudan berjalan selama satu tahun tersebut. “Harapan ini bukan pepesan kosong, tapi terbukti lihat saja POMOSDA bisa menjelma menjadi pompes mandrin dan berdaya secara ekonomi. Kita tabu POMOSDA merupakan ponpes pengan olahan hasil yang luar biasa. Bahkan pernah saat pameran di Jombang, Bapak Wakil Presiden memuji POMOSDA salah satunya prodük coklat berbahan dasar daun kelor,” optimisnya
Ditambahkan Sekretaris OPOP Jatim, lika saat ini ada 6000 pesantren tapi masih belum melek ekonomi. Masih banyak pesantren yang fokus pada pendidikan agama saja. Makadari itu OPOP hadir untuk memberikan nafas baru di pondok pesantren, yakni diharapkan keduanya seimbang antara pendidikan dan juga pemberdayaan ekonomi.
Diketahui OPOP mengikhtiarkan lima aspek diantaranya kelembagaan, Koperasi Ponpes harus berbadan hukum. Jika belum maka OPOP akan memfasilitasi dan mendorong untuk mewujudkan Badan Usaha yang Legal dan Aktif. Kedua adalah Sumber Daya Manusia (SDM) OPOP telah menyiapkan skema pelatihan secara offline dan online untuk mewujudkan tenaga kerja yang profesional. Ketiga adalah produk, produk ponpes bukan produk asal namun produk unggul dengan sertifikasi lengkap. Diantaranya serifikasi halal, paten merk, SNI, izin edar dan sebagainya. Keempat adalah pemasaran, dikatakan M.Ghofirin jika produk OPOP nantinya akan dipamerkan di pameran-pameran sepeti Jatim Fair, OPOP Expo, Festival Ekonomi Syariah dan lain sebagainya. Terakhir adalah permodalan, dimana ponpes wajib mengajukan proposal hibah yang nantinya tiap pesantren akan mendapat permodalan senilai 50 juta rupiah.