Pesantren Sabilul Muttaqin Al Kholili Sidoarjo, Lestarikan Budaya Lewat Jamu

Jamu zamil Pesantren Sabilul Muttaqiin Al Kholili punya cara agar masyarakat tetap mencintai jamu tradisional. Salah satunya dengan mengemasnya secara praktis. Bersinergi dengan OPOP Jatim, jamu pesantren satu ini semakin diincar konsumen, khususnya di masa pandemi.

DP
Sabtu, 27 Feb 2021
Pesantren Sabilul Muttaqin Al Kholili Sidoarjo, Lestarikan Budaya Lewat Jamu
Jamu Zamil karya santri Pesantren Sabilul Muttaqin Al Kholili Sidoarjo

Pesantren Sabilul Muttaqin Al Kholili Balongbendo Sidoarjo punya cara tersendiri agar masyarakat tetap mencintai jamu. Jika biasanya menyeduh jamu herbal perlu beberapa langkah, namun kali ini pihak pesantren mengemasnya secara praktis.

Durrotun Niswah, pengelola Jamu Zamil, menuturkan usaha produksi pesantren ini sudah ada sejak 2017. Nama Zamil sendiri, merupakan perpaduan dari dua nama; Zaki dan Mila, tidak lain adalah cucu pemilik Pesantren Sabilul Muttaqiin Al Kholili.

“Jadi jamu Zamil ini ramuan rempah yang kami olah dari rempah asli yang diambil dari para petani di daerah. Pencampuran rempah satu dengan yang lain kita padukan. Seperti Jahe dengan Serai, dengan Kapulaga. Atau Beraskencur dengan Jahe, yang diolah menjadi minuman. Jadi ramuan atau jamu yang mudah untuk diseduh dan disajikan. Lebih praktis agar konsumen mudah menikmati jamu rempah,” jelasnya.

Jamu Zamil ini, juga diproduksi Ustadzah Niswah panggilan akrabnya, yang juga alumni Pesantren Sabilul Muttaqiin Al Kholili. Selain bisa menjalankan usaha di Pesantren, melalui Jamu Zamil ini pihaknya berharap bisa melestarikan budaya Indonesia, yaitu minum jamu.

“Harapan untuk usaha ini adalah semoga usaha ini semakin baik, berkembang dan lancar. Bisa memberi manfaat yang lebih luas bagi santri, kepada masyarakat sekitar, dan lebih luas lagi untuk Indonesia. Tentu agar makin suka menikmati ramuan-ramuan khas Indonesia, yang mungkin belakangan makin berkurang peminatnya,” harapnya.

Menurutnya situasi belakangan di tengah kondisi serba khawatir akan terpapar virus Covid-19. Namun dengan dengan adanya pandemi Covid-19, hikmahnya masyarakat mulai sadar, ternyata minum jamu itu penting, sehingga jamu-jamu tradisional sekarang terangkat popularitasnya.

Kedepan, ia berharap bisa bekerjasama lagi dengan mitra-mitra bisnis lain yang lebih luas dan lebih besar, sehingga usaha pesantren bisa berkembang lebih luas lagi dan manfaatnya juga lebih luas. Harapnya, termasuk melalui program OPOP Jatim ini.

Ustadzah yang juga Tahfidz Qur’an se-Asean ini menjelaskan jika jamu tersebut dipasarkan melalui online dan offline.

“Terlebih di masa pandemi ini, juga semakin rutin bisa dikonsumsi santri untuk menjaga daya tahan tubuh. Harga jamu Zamil untuk kemasan 250gram, di pasaran berkisar antara 35 sampai 45 ribu rupiah,” pungkasnya.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00