OPOP Jadi Lokomotif Industri Halal di Jawa Timur
Halal sudah menjadi gaya hidup masyarakat global, ini tentunya mendorong tumbuhnya ekonomi syariah. Program One Pesantren One Product (OPOP) dengan ekosistem yang sudah dimiliki oleh Jatim akan menjadi lokomotif ekonomi berbasis pesantren yang akan memberikan pengembangkan industri halal.
SURABAYA - Diperkirakan ekonomi syariah di Indonesia akan mengalami tren peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso. Menurutnya industri syariah di dunia merupakan new bisnis.
“Ini merupakan new bisnis. Apalagi semua pemangku kepentingan, termasuk industri, punya semangat besar untuk ini,” ujarnya saat acara Sarasehan Industri Jasa Keuangan Jatim 2021, Jumat (26/3/2021).
Pada kesempatan itu pihaknya menuturkan juga akan membina para UMKM dalam hal produksi dan pengemasan barang. OJK juga tengah membuat marketplace yang diberi nama UMKM-MU.
"Jadi produk UMKM bisa dijual melalui marketplace UMKM-MU dengan gratis," tambahnya.
Tak hanya kuliner dan fashion saja, bahkan furniture hingga hasil pertanian serta perkebunan juga ada di lokapasar digital tersebut.
"UMKMMU dikembangkan OJK dalam bentuk website dan mobile apps dan menyediakan berbagai fitur unggulan untuk membantu UMKM memperluas akses pasar secara digital."lanjutnya.
Hadir dalam acara tersebut Anggota Komisi XI DPR RI M. Sarmuji. Ia memaparkan keuangan dan ekonomi syariah Indonesia masih berada di urutan keempat di bawah Malaysia, Saudia Arabia dan Emirat Arab.
"Yang mengejutkan, dalam halal food, Singapura menempati posisi kedua. Di sisi islamic finance juga, Indonesia berada di posisi keenam."jelasnya.
Melihat hal itu, Sarmuji menegaskan, bahwa peran pemerintah belum hadir dalam melakukan rekayasa ekosistem syariah.
"Namun demikian, peluang bisnis halal indusri dunia saat ini dan kedepan, Indonesia memiliki potensi yang besar. Didukung penduduk muslim 87,17 persen, adanya kekayaan budaya islami, destinasi wisata islami dan lainnya. Termasuk Jawa Timur yang secara sosio geografis dengan potensi sumber daya yang dimiliki, berpotensi menjadi pusat dan role model industri halal."ujarnya.
Sementara itu Gubernur Jawa Timur Kofifah Indar Parawansa, dalam Sarasehan dengan tema Menjadikan Jawa Timur Sebagai Basis Industri Halal di Indonesia Melalui Dukungan Industri Jasa Keuangan, menyampaikan, di tahun 2020 lalu pertumbuhan investasi di Jawa Timur mencapai 33,8 persen dengan realisasi investasi Rp.78,3 triliun.
"Ini menjadi penting dalam melakukan identifikasi potensi-potensi yang memungkinkan bisa dikembangkan di Jawa Timur."jelasnya.
Ia melanjutkan, program One Pesantren One Product (OPOP) dengan ekosistem yang sudah dimiliki oleh Jawa Timur akan menjadi lokomotif ekonomi berbasis pesantren yang akan memberikan penguatan pesantren, santri dan alumninya.
Ia juga memaparkan terkait urgensi jaminan produk halal yang diakui World Trade Organization.
"Halal sudah menjadi gaya hidup masyarakat global. Ini tentunya mendorong tumbuhnya ekonomi syariah. Yang Kita lakukan di Jawa Timur, Disperindag punya pondok kurasi, BI punya rumah kurasi, Kami biasa turun bareng bagaimana agar bisa memberikan pendampingan dan menyiapkan halal centre."ujarnya.
Dari data, IKM Mamin di Jatim sebanyak 465.391, yang sudah bersertifikasi halal 2.223 dam yang belum sebanyak 463. 168.
Khofifah menambahkan, potensi ekonomi berbasis pesantren dapat dilihat dari jumlah ponpes yang berjumlah 6.864 atau 24,7persen dengan 654.404 santri dan 1.595 koperasi pondok pesantren.
"Kami menyampaikan terima kasih, ini sinergi yang luar biasa bagi Jawa Timur. OJK Pusat dan Jawa Timur, DPR RI, Bank Indonesia. Serta semuanya yang tentu akan berseiring pada ikhtiar-ikhtiar yang bisa meningkatkan skala ekonomi Kita." pungkasnya. (ebo)