Kopi Rengganis Al Hasan Mencari Jalur Kejayaan

Aenean ac interdum nisi. Donec convallis sed eros at interdum.

opopjatim
Kamis, 22 Okt 2020
Kopi Rengganis Al Hasan Mencari Jalur Kejayaan
Kopi Rengganis Al Hasan Mencari Jalur Kejayaan

Dewi Rengganis, putri dari Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit banyak menghabiskan waktunya dengan mendalami ilmu dan bertapa di Gunung Argopuro. Bahkan nama Rengganis menjadi salah satu puncak di gunung setinggi 3.088 mdpl tersebut.

Kesucian dan kesaktian Rengganis hingga kini menancapkan kisah yang melegenda bagi warga di Lereng Argopuro. Salah satunya di wilayah Kabupaten Jember. Hal itu menginspirasi bagi para siswa dan santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hasan Jember untuk mengambil esensi perjuangan hidup Dewi Rengganis.

Ponpes yang berlokasi di Desa Kemiri, Kecamatan Panti itu juga berada di Lereng Argopuro. Salah satu potensi hasil bumi yang dihasilkan di wilayah tersebut adalah komoditas kopi. Hampir setiap panen raya kopi, jumlahnya menjadi sangat melimpah. Namun jumlah panen melimpah itu juga kerap membuat harga kopi jatuh atau murah.

Lantas muncul ide dari para santri untuk bisa menjadikan komoditi kopi memiliki nilai ekonomis yang lebih. Lalu dibuatlah oleh para santri dan siswa SMK Al Hasan yakni kopi yang telah diolah dan dikemas dengan baik.

Sebagai ciri khas kopi hasil dari lereng Argopuro itu, lalu kopi kemasan itu dibranding dengan nama Kopi Rengganis. Nama Rengganis diambil bukan sekedar lokasi geografis di sekitar Argopuro, namun semangat Dewi Rengganis juga menjadi motivasi para siswa dan santri Al Hasan untuk menjadikan produknya bisa melegenda dan dikenal banyak orang.

Penanggungjawab Unit Produksi Kopi Rengganis, Slamet Agus Pinuji menceritakan awal produksi Kopi Rengganis. “Kami mulai sejak 2014. Kenapa kopi? Karena di sini salah satu wilayah produsen biji kopi terbesar di Jember. Untuk itu, kami manfaatkan hasil kopi agar bisa memiliki nilai ekonomis yang lebih baik dengan harga yang stabil di pasaran,” kata pria yang juga Guru Kewirausahaan SMK Al Hasan tersebut.

Agus juga menjelaskan, di awal produksi pihak Al Hasan masih kesulitan untuk peralatan. Sehingga, produksi hanya dalam jumlah kecil karena diolah secara tradisional. Namun adanya program SMK Mini yang digagas Pemprov Jatim, Al Hasan mendapatkan dana hibah Rp 200 juta.

Anggaran hibah itu dimanfaatkan untuk melengkapi sarana dan prasarana produksi kopi bubuk. Mulai membeli mesin roasting untuk menggoreng dan mendinginkan biji kopi, hingga pengadaan alat giling dan mesin pres atau seeler untuk finishing kemasan.

Alhasil, produksi Kopi Rengganis semakin mudah dan bisa dilakukan dalam jumlah besar. “Untuk produksi dilakukan para santri dan siswa SMK. Mereka kami dampingi dan ajari mulai proses roasting hingga pengemasan. Yang sulit itu roasting, karena tidak semua anak didik kami bisa menghasilkan kopi dengan kematangan yang pas,” jelasnya.

Dari aspek edukasi, Agus berharap agar para santri dan siswa memiliki modal pengalaman dalam hal pengolahan kopi. “Setidaknya setelah lulus, mereka tidak sekedar mencari tapi bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri dari bekal pengalaman membuat Kopi Rengganis. Beberapa alumni kami juga membuat kedai kopi yang bahannya juga beberapa mengambil mengambil disini,” ungkapnya.

Jenis Kopi

Kopi Rengganis diproduksi dengan tiga jenis kopi, yakni robusta, arabika, dan ekselsa atau liberika. Terbanyak diproduksi adalah jenis robusta karena harga lebih terjangkau dan lebih diminati pasar.

Sedangkan arabika yang memiliki khas rasa asam kurang diminati pasar lokal. Jenis arabika yang hanya tumbuh di dataran tinggi di atas 800 mdpl juga menjadikan harganya lebih mahal.  Untuk ekselsa atau liberika yang punya khas aroma buah nangka itu juga kurang diminati pasar.

Kopi Rengganis Al Hasan Mencari Jalur Kejayaan

Soal harga, Kopi Rengganis dibanderol cukup murah. Untuk robusta kemasan 100 gram hanya dijual Rp 8 ribu, 125 gram dalam kemasan botol Rp 25 ribu dan 250 gram dihargai Rp 17 ribu. Untuk Arabika harga per kemasan 100 gram Rp 35 ribu dan 1 kg Rp 350 ribu. Sedangkan liberika dipatok dengan harga Rp 25 ribu per 100 gram.

Jumlah produksi Kopi Rengganis saat ini masih di kisaran 300 kg per tiga bulan. Biji kopi itu dibeli dari panen kopi warga sekitar Ponpes.

Soal rasa dan citarasa Kopi Rengganis tak perlu diragukan. “Kopi tiap daerah memiliki rasa dan citarasa berbeda sesuai kondisi geografis dan tanah. Untuk Kopi Rengganis ini rasanya memang unik karena ada aroma coklatnya,” ungkapnya.

Mencari Pasar

Hasil produksi Kopi Rengganis kini masih dinikmati oleh pasar lokal. Sedianya, sempat coba dikenalkan ke Belanda hingga Arab Saudi. Upaya menembus pasar ekspor yang lebih luas masih terkendala birokrasi perizinan.

“Dulu ada rencana ekspor ke Belanda. (Kopi) Sudah dibawa kesana. Soal rasa, mereka (pihak Belanda) sudah cocok. Namun karena perizinan yang rumit dan perbedaan suhu juga menyebabkan kopi mudah menggumpal. Sehingga rencana ekspor pun gagal. Kami coba kirim ke Arab juga pernah, tapi juga gagal,” ungkapnya.

Dari aspek perizinan, lanjut dia, Kopi Rengganis sudah memiliki P-IRT. Namun, pihaknya hingga kini masih kesulitan untuk mendapatkan sertifikasi halal. “Sudah lama kami ajukan untuk sertifikasi halal tapi sampai sekarang tidak ada informasi dan kelanjutannya,” ungkapnya.

Dengan keterbatasan itu, Kopi Rengganis saat ini hanya mampu menebarkan aroma di wilayah Jember, Malang, dan Kota Batu. Namun, tak patah arang. Agus juga berulang kali mempromosikan Kopi Rengganis di berbagai even nasional. Bersama Pemkab Jember, pihaknya juga pernah ikut pameran Batam Agro Ekspo di Batam, Kepulauan Riau.

“Pameran di Batam, kami juara pertama untuk stand terbaik. Kami didukung dan difasilitasi Pemkab Jember pada tahun 2019 lalu,” ujarnya.

Selain mengikuti momen pameran untuk proses pemasaran, Al Hasan juga memberdayakan para siswa dan santri untuk menjual produk melalui media sosial. “Setiap siswa dan santri juga diwajibkan mempromosikan dan menjual Kopi Rengganis untuk mata pelajaran Kewirausahaan. Mereka juga diberi target dalam pemasaran,” jelasnya.

Lari-lari, kondisi pandemi Covid-19 juga memukul telak produksi Kopi Rengganis. Para siswa yang menjalankan sekolah secara daring atau online juga membuat produksi dan pemasaran menurun drastis. “Permintaan pasar juga ikutan lesu,” keluhnya.

Kini, pihak Ponpes Al Hasan sebagai produsen Kopi Rengganis sangat berharap besar pada pemerintah, khususnya Pemprov Jatim bisa membantu fasilitasi dalam hal pemasaran. Menurutnya, filosofi nama Rengganis juga sangat diharapkan dapat membawa jalur kejayaan seperti Dewi Rengganis di masa Majapahit.

“Yang kami butuhkan saat ini adalah bantuan pemerintah untuk pemasaran. Sebaik apapun produk yang kami hasilkan, jika tidak ada pasarnya juga percuma. Semoga saja ke depan Kopi Rengganis bisa diterima oleh banyak pasar di tanah air dan luar negeri,” pungkasnya. 

Sebagai mitra binaan, program One pesantren One Produk (OPOP) Jatim  pun tak segan-segan ikut membantu meluaskan pasar Kopi Rengganis, salah satunya melalui publikasi agar lebih banyak masyarakat yang mengetahuinya. Bila masyarakat tertarik dengan produk kopi khas lereng Argopuro ini, bisa langsung kontak narahubung Slamet Agus di nomor 081216064013.  (afrizal/kominfo) 

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00