Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tuban, Manfaatkan Limbah Kayu Jati yang Kini Jadi Sumber Rezeki

Pesantren Raudlatut Thalibin menemukan ide untuk memanfaatkan kayu-kayu tak terpakai, bahkan saat ini menjadi produk unggulan kaligrafi pesantren yang bernilai jual tinggi.

DP
Jumat, 18 Jun 2021
Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tuban, Manfaatkan Limbah Kayu Jati yang Kini Jadi Sumber Rezeki
Produk unggulan karya kaligrafi Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tuban

TUBAN - Bermula saat melihat banyak limbah kayu jati di sekitar pesantren, alhasil Pesantren Raudlatut Thalibin menemukan ide untuk memanfaatkan kayu-kayu tak terpakai. Hal itu disampaikan langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren, KH.Manshur Muslich, dalam kegiatan Podcast OPOP Jatim, Kamis (17/6/2021).

Nyatanya limbah kayu tersebut mampu dijadikan sesuatu bernilai jual. Bahkan bisa menjadi unit usaha pesantren yang terletak di Tanggir, Singgahan, Kab. Tuban.

“Kami mencoba bereksperimen memanfaatkan limbah kayu dan kayu yang siap untuk diproduksi, kami padukan. Karena memang limbah kayu banyak ditemukan di sekitar pesantren. Disini banyak ditemui seperti hutan pohon jati maupun mahoni,” jelasnya dalam Podcast di Pesantren Raudlatut Thalibin.

Hal senada juga diutarakan oleh K.Agus Missbach Muslich, Direktur pengelola unit usaha Pesantren Raudlatut Thalibin. Bisnis pesantren ini terwujud sejak tahun 2016. Dengan melibatkan santri dan alumni, kini produk kaligrafi pesantren menjadi uggulan dan dikenal di masyarakat.

“Beberapa melibatkan santri. Untuk santri dibagi menjadi beberapa tahapan, mulai dari proses pemilihan bahan, yang mengukir, desain, membuat hingga finishing. Untuk peran alumni yakni dalam pemasaran dan pembinaan, karena ada yang alumni pesantren sudah memiliki usaha dibidang ini,” jelasnya.

“Untuk yang paling diminati banyak ukiran kaligrafi seperti surat yasin, surat waqiah,” imbuhnya.

Sementara itu Ahmad Luthfi, Pengurus Koperasi Pesantren (Kopontren) Raudlatut Thalibin menuturkan jika pemasaran produk pesantren sudah sampai luar Pulau Jawa. Meski menurutnya masa pandemi ini omzet sedikit menurun, dibandingkan sebelum adanya virus Covid-19 di Indonesia.

“Kami banyak menerima pesanan dari Jawa Timur, Jawa Tengah, juga luar Pulan Jawa. Tapi untuk pandemi ini sedikit menurun ya, dibandingkan sebelumnya. Tapi kita tetap optimis, proses produksi tetap jalan,” tuturnya.

Ditambahkan Gus Luthfi jika ia juga memanfaatkan pemasaran secara digital melalui media sosial, agar jangkauan pemasaran semakin luas. Pihaknya pun semakin optimis ketika bergabung menjadi peserta One Pesantren One Product, OPOP Jatim.

“Sejak tahun 2019 kami bergabung bersama OPOP. Menurut saya dampaknya luar biasa. Mulai dari lisensi, pengetahuan, pengalaman, relasi, dan kita terus ingin berinovasi,” Ucap Gus Luthfi dengan semangat.

Menurutnya ia juga saat ini menjangkau pasar dengan harga relatif terjangkau.

“Selama ini pasar kita adalah orang-orang dengan segmentasi menengah ke atas, karena kaligrafi ini kan bukan kebutuhan primer. Nah kini kami juga akan membuat seperti produk rumah yang kecil-kecil dengan harga terjangkau mulai dari 30ribu sampai 150ribu,” pungkasnya.

Disisi lain Muhammad Ghofirin, Sekretaris OPOP Jatim yang juga memandu kegiatan Podcast OPOP Jatim bertajuk ‘Berbisnis Kaligrafi Ukir Kayu Jati’, sangat mengapresiasi karya dari Pesantren Raudlatut Thalibin.

“Produk pesantren ini sangat berbeda dengan yang lain. Patut untuk dipertahankan dan dibumikan,” tegas Gus Ghofirin.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00