OPOP Berpotensi Wujudkan Negara Berswasembada dan Eksportir Produk Halal

Selain menjadi penopang ekonomi Jatim, OPOP berpotensi wujudkan negara berswasembada dan menjadi eksportir produk halal.

DP
Rabu, 30 Jun 2021
OPOP Berpotensi Wujudkan Negara Berswasembada dan Eksportir Produk Halal
Kopilaborasi Sambang Pesantren di Pondok Pesantren Langitan Tuban. Hadir sebagai narasumber, Fernanda Reza Muhammad, Export Center (paling kiri) , Jamhadi, Ketua Apvokasi Jatim (tengah), dan KH. Machsoem Faqih, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban (pa

TUBAN – Sebagai program prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim), One Pesantren One Product (OPOP), merupakan salah satu penopang perekonomian Jatim. Namun tak hanya itu OPOP juga berpotensi menjadikan Indonesia sebagai negara maju berswasembada. Hal itu disampaikan oleh  Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia(Apvokasi) Jatim, Jamhadi, saat menjadi narasumber acara Kopilaborasi Sambang Pesantren bertema Strategi Pemasaran Produk Pesantren, di Aula Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Selasa (29/6/2021).

Jamhadi menjelaskan jika OPOP harus terus meningkatkan produktivitasnya, sehingga mampu menjadikan negeri ini sebagai negara berswasembada tanpa perlu banyak melakukan impor.

“Kuncinya ya dari produk itu sendiri, karena produk itu dikatakan berhasil ketika konsumen membeli lagi dan merekomendasikan produk itu kepada orang lain,” ujarnya.

Ia juga menuturkan jika proses pemasaran memang bukanlah hal mudah. Namun dengan adanya kolaborasi antar pesantren, diharapkan tercipta satu merek guna menekan cost produksi.

“Akan diusahakan untuk membuat satu merek, misalnya satu merek dari kolaborasi sepuluh ponpes. Hal ini tujuannya agar supply nya cepat untuk dipasarkan ke khalayak banyak dan menekan ongkos produksi,”terangnya.

Ia juga mengatakan bahwa tahun 2017 lalu pernah ditemui produk lokal pesantren dari Lamongan dan Tuban di Moskow yang sudah berhasil masuk ke pasar internasional. Dengan demikian perlu memperkuat empat hal guna mencapai pemasaran yang lebih luas lagi, yakni quantity, quality, product, dan price.

“Keempatnya merupakan hal yang perlu diperhtiungkan ketika ingin memasarkan produk,” katanya.

Jamhadi juga menyampaikan pesan kepada para santri agar membalik keadaan,yang semula biasanya santri menjadi konsumen produk asing, namun bisa diubah dengan menjadikan orang asing sebagai konsumen produk santri.

“Harus diubah yang dulu menjadi konsumen produk asing maka sekarang orang asing yang menjadi konsumen produk kita atau bahkan kita menjadi konsumen produk kita sendiri,” ujarnya.

Sementara itu Fernanda Reza Muhammad, Export Center Surabaya, mengatakan jika pemerintah tengah mewujudkan Indonesia sebagai pusat industri halal. Namun saat ini Indonesia masih menjadi nomer 10 produsen halal di dunia, dan nomer 1 konsumen halal di dunia.

“Karena nyatanya kita masih impor. Nah kalau misalnya para santri ini kedepan bisa jadi pengusaha pasti akan memudahkan cita-cita ini. Karena mereka (santri) pasti kan membuat produk yang halal,” ujarnya.

Menurutnya Indonesia juga tidak akan tergantung lagi dengan negara lain, jika santri mampu menghasilkan produk halal yang berorientasi ekspor.

“Kita tidak perlu impor jauh-jauh produk halal, tapi kita mendapatkan dari hasil produksi para santri. Maka Indonesia bisa bebas dari impor negara lain. Jadi sekarang ini permasalahannya hanya satu, kita ini malah sering ekspor bahan baku, hasil ekspor itu nantinya dikirim oleh negara tersebut dan kita konsumsi. Kalau begitu mengapa kita tidak menghasilkan sendiri saja,” tegasnya.

“Saya yakin tidak perlu menunggu tahun 2045, tapi tahun 2030 sudah bisa. Karena pemerintah mencanangkan tahun 2030 bisa menghasilkan 500ribu ekportir baru, dan saya rasa pesantren punya porsi yang sangat besar,” tambahnya.

Disisi lain, KH. Machsoem Faqih, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban optimis jika pesantren akan mampu menghasilkan santri-santri berjiwa wirausaha.

“Santri itu ada kelebihannya, yaitu sabar, telaten, ulet. Ini merupakan modal konsep berbisnis ini,” tuturnya.

Selain itu menurutnya, jika seorang pengusaha juga harus berani bertindak. Ia pun menuturkan jika memiliki moto wirausaha.

“Kabeh kudu dijajal, masalah berhasil gagal iku urusane pangeran (Semua itu harus dicoba, masalah berhasil gagal itu urusan sang Pencita)” imbuhnya.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00