Gurihnya Abon Lele Khas PP Darun Najah Lumajang
Di masa pandemi covid-19 banyak usaha yang terdampak hingga gulung tikar
Di masa pandemi covid-19 banyak usaha yang terdampak hingga gulung tikar. Namun, untuk sejumlah usaha olahan ikan yang menyajikan bermacam produk justru mendapat berkah, karena produknya diminati konsumen. Seperti produk abon lele buatan Koperasi Pesantren (Kopentren) PP Darun Najah Lumajang, yang mulai ramai peminat di masa pandemic ini.
Ikan lele ternyata tak hanya dapat diolah sebagai menu masakan berkuah atau digoreng dengan bumbu sambal pedas. Di tangan santri putri PP Darun Najah Lumajang, daging lele dapat dibuat abon dengan nilai ekonomi yang menggiurkan. Bahkan, abon lele buatan mereka kini sudah mulai dipasarkan di masyarakat lengkap dengan izin usahanya berupa sertifikat Produk Industri Rumah Tangga atau PIRT.
“Awalnya coba-coba. Ternyata rasanya tak kalah sama abon sapi. Banyak orang suka,” kata Direktur Pendidikan PP Darun Najah Lumajang, Labibul Wildan, saat ditemu Tim JNR Kominfo Jatim, Selasa (13/10/2020).
Abon lele buatan santri PP Darun Najah tidak lah beli di pasar, melainkan hasil ternak lele di pondok yang berlimpah ketika panen. Melimpahnya lele yang kerap tak ditunjang pemasaran dan kestabilan harga tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi Gus Wildan, Sapaan Labibul Wildan.
Sejak pandemi Covid-19 melanda Jawa Timur, Gus Wildan terpikir membuat penganan olahan dari lele yang dapat dijual kemasan dan punya nilai ekonomis tinggi. Hal ini juga setelah usaha produksi Nata de Coco yang selama ini dijalankannya mulai sepi peminat.
Selang beberapa hari, dia menemukan mesin pres tangan untuk mengurangi minyak. Sejak itu ia menawarkan abon lele buatannya kepada alumni dan warga sekitar dan respons mereka positif.
Abon lele buatan santriwati Darun Najah tak kalah dengan abon sapi. Gus Wildan pun kian percaya diri. Tiga bulan setelah eksperimen, ia mulai memasarkan abonnya yang bermerek “Ale” tersebut ke koperasi dan pasar di wilayah Lumajang. Respons pasar lumayan. Dalam satu bulan abon lele itu mulai ada permintaan. Ale ini dijual seharga Rp 13.000 per satu kemasan plastik seberat 50 gram.
“Kami menjual untuk kemasan 35 gram seharga Rp9.000 bagi reseller, namun bila dijual di pasar seharga Rp 13.000. Sedangkan untuk kemasan 50 gram dijual seharga Rp 13.000 dan jika untuk reseller hanya Rp 11.000, dan untuk kemasan 1kg dihargai Rp 185 ribu,” ujar Almni Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya ini.
Selain celah pasar yang ada, usaha abon lele tak membutuhkan modal yang besar. Hal ini tak terlepas dari bahan bakunya yang dari kolam ternak sendiri. PP Darun Najah selama ini mempunyai usaha ternak ikan lele yang dikelola oleh santri putra. Hanya membutuhkan modal bibit dan pakan yang dibeli untuk satu kolam Rp 2 juta, tiga bulan kemudian akan memperoleh hasilnya atau panen.
Pada saat panen, kata Gus Wildan, tengkulak hanya akan membeli lele maksimal berukuran sedang. Sementara sisanya lele dengan ukuran besar tidak laku dijual. Lele besar yang tidak laku ini dikategorikan afkir dengan berat rata-rata 1kg nya isi 2 lele. Lele besar ini kemudian diolah menjadi abon bernilai ekonomis oleh para santriwati. “Semakin tebal serat daging lele, semakin bagus dibuat abon,” katanya.
Tak sulit membuat abon lele. Daging ikan lele dibumbui seperti dendeng dengan ketumbar, merica putih, bawang putih, dan garam serta gula. Setelah dikukus dengan bumbu hingga meresap, barulah digoreng kering. Daging lele dipres hingga seluruh minyaknya keluar dan tersisa serbuk halus kecoklatan. Porses ini membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Rasanya manis gurih dengan aroma bawang dan ketumbar yang kuat.
“Semua proses tersebut dilakukan oleh lima santriwati yang sudah mahir memasaknya. Di PP Darun Najah ini jumlah santrinya sebanyao 800 orang, dimana santri putra sebanyak 250 orang dan santri putri sebanyak 500 orang,” ujar Gus Wildan.
Selain dagingnya, kulit lele juga dimanfaatkan menjadi keripik. Namun, jumlahnya sangat terbatas. Dari 10 kg lele, hanya menghasilkan sekitar 15 bungkus keripik ukuran 100 gram.
Kopontren PP Darun Najah Lumajang selama ini menjadi mitra binaan OPOP Jatim, yakni program One Pesantren One Product. Selain membantu permodalan, OPOP juga membantu pembinaan dengan melatih dalam hal memperluas pasar.
“Saya sangat bersyukur dan berterimakasih karena dari binaan OPO banyak manfaat yang kami peroleh, kami semangat untuk lebih mengembangkan Ale ini tentu dengan kemasan yang lebih baik nantinya,” tuturnya.
Masyarakat pun tidak perlu khawatir dengan rasa abon lele yang dikemas dalam plastik berlabel “Ale” ini. Rasanya yang gurih bisa setiap saat dinikmati. Cukup ditaburkan di atas nasi atau ketan hangat sebagai lauk, dijamin bikin nagih. Nah, anda berminat mencobanya? Kontak saja Kopontren PP Darun Najah Lumajang dengan narahubung Labibul Wildan di nomor 085231589318. Selamat mencoba! (sti/kominfo)