Tangkal Radikalisme dengan Perkuat Komunikasi dengan Ulama

Persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia harus terus dibendung secara bersama-sama. Upaya tersebut tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah.

opopjatim
Rabu, 18 Nov 2020
Tangkal Radikalisme dengan Perkuat Komunikasi dengan Ulama
Tangkal Radikalisme dengan Perkuat Komunikasi dengan Ulama

Persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia harus terus dibendung secara bersama-sama. Upaya tersebut tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah. Perlu dukungan banyak pihak agar itu terwujud. Salah satu caranya dengan melibatkan pondok pesantren.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasionalisme Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafly Amar saat bersilaturahim dengan Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) TGB HM Zainul Majdi beserta Dewan Mustasyar.

“Kita sharing informasi dalam upaya-upaya penanggulangan terorisme dan paham radikal intoleransi ini kita perlu meningkatkan komunikasi dengan unsur-unsur alim ulama, para Tuan Guru. Kita sama-sama untuk saling berbagi informasi, berbagi harapan dan upaya-upaya yang kita sinergikan lagi di lapangan terutama untuk mengeliminasi berkembangnya paham-paham radikal intoleransi,” tuturnya.

 Menurutnya, semua memiliki tujuan bersama-sama ingin agar generasi muda tidak mudah terpapar pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dilihat dari data statistik, kelompok radikal terorisme mencoba mengajak anak-anak remaja atau muda untuk ikut dalam pergerakan aksi-aksi kejahatan teror yang seolah-olah sedang melaksanakan misi tertentu.

”Kita harapkan pengaruh pengaruh negatif itu bisa kita tiadakan. Jangan lagi ada generasi muda Indonesia dari berbagai kalangan itu harus berhubungan dengan hukum yang berkaitan dengan kejahatan terorisme,” katanya.

Pihaknya menjelaskan, Kesiapsiagaan Nasional ini dilakukan karena terorisme masuk dalam extraordinary crime (kejahatan luar biasa), mengusung ideologi kekerasan. Sikap daya tangkal dan daya cegah bertujuan untuk bisa dicermati masyarakat.

Ikut memperhatikan fenomena di masyarakat supaya diantisipasi ruang geraknya, sehingga tidak bebas.

“Berbagai agama menjadi korban, lintas profesi dan tata sosial. Sifat kejahatannya destruktif dan berpotensi memunculkan ketakutan yang luas. Apalagi banyak anak muda yang direkrut kelompok terorisme,” sambungnya.

Sementara itu, lanjut dia, kontra-radikalisasi di era keterbukaan informasi begitu kuat. Warga internet Indonesia termasuk yang dijadikan sasaran kelompok jaringan terorisme, digunakan menyebarkan paham yang diyakini benar.

”Karena kelompok mereka ini juga memanfaatkan teknologi menyebarkan teror, ini cara yang efektif,” kata mantan Kapolda Papua ini.

Untuk itu, sambungnya perlunya mendorong anak muda untuk melakukan bela negara. Langkah ini adalah sebuah kehormatan untuk menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme.

“Kita tidak menginginkan anak Indonesia terdampar, Nahdlatul Wathan bisa mengajak untuk waspada perjuangan atas nama agama namun destruktif,” tandasnya.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00