OPOP Jatim, Produksi Kue Kering Ponpes Falahol Makkiyah Sumenep Berdayakan Santri
Berawal dari keinginan menghasilkan alumni yang mempunyai keterampilan khusus setelah lulus nanti, Pondok Pesantren (Ponpes) Falahol Makkiyah, Kabupaten Sumenep memiliki bisnis aneka kue kering yang diproduksi para santrinya. Ponpes peserta program Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pesantren-One Pesantren One Product (EKO-Tren OPOP) Pemprov Jatim ini, telah merintis bisnis tersebut sejak tahun 2021.
SIDOARJO – Berawal dari keinginan menghasilkan alumni yang mempunyai keterampilan khusus setelah lulus nanti, Pondok Pesantren (Ponpes) Falahol Makkiyah, Kabupaten Sumenep memiliki bisnis aneka kue kering yang diproduksi para santrinya. Ponpes peserta program Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pesantren-One Pesantren One Product (EKO-Tren OPOP) Pemprov Jatim ini, telah merintis bisnis tersebut sejak tahun 2021.
“Awal mula bisnis ini dirintis yakni ketika adanya keresahan yang dilihat pengasuh pondok pesantren pada alumni dan tetangga sekitar pesantren terkhusus pada kaum wanita yang tidak begitu memiliki kegiatan. Sehingga muncullah ide untuk membuka lapangan pekerjaan dengan produksi kue,” ujar Pengurus Ponpes Falahol Makkiyah, Kabupaten Sumenep, Mahfud, kepada Jatim Newsroom Diskominfo, Selasa (4/4/2023).
Lebih lanjut dikatakan Mahfud, alasan memilih bisnis produksi kue kering ini dikarenakan pengasuh Ponpes sendiri memiliki kemampuan membuat kue sejak beberapa tahun yang lalu. “Selain itu, munculnya ide produksi bisnis kue kering ini karena pada waktu itu pengasuh Ponpes kami juga melakukan kunjungan ke saudaranya di Pulau Jawa yang juga sudah melakukan produksi kue kering,” terangnya.
Dikatakan Mahfud, bisnis produk kue kering yang dimiliki Ponpes Falahol Makkiyah ini bermerek ‘The Zumaika’. Merek ini diambil dari nama salah satu putra pengasuh pondok dan muncul setelah melalui perbincangan maupun diskusi intern pondok.
Dalam produksi kue kering ini, Mahfud menjelaskan, proses pengolahannya diawali dengan mendatangkan bahan-bahan yang dianggap berkualitas kemudian diolah sesuai takaran. Untuk takaran dan cara membuatnya mengikuti standar pembuatan kue dari kerabat pengasuh pondok yang sudah lebih dulu memproduksi kue kering.
Mahfud mengatakan, yang memproduksi kue kering ini adalah para santri dan warga yang berada di sekitar pondok pesantren.
“Bahan-bahan yang kami gunakan dalam produksi kue kering ini berasal dari pemasok. Kami mengambil bahan-bahan dari kota, akan tetapi ada beberapa bahan yang diambil dari petani di sekitar pondok dengan kualitas sesuai yang kami inginkan, yakni dengan kualitas baik InsyaAllah,” ujarnya.
Terkait jenis kue kering yang diproduksi, Mahfud pun menjelaskan bahwa saat ini terdapat delapan jenis kue kering dan pada masing-masing varian tersebut memiliki harga yang berbeda.
“Produk yang dihasilkan untuk sementara berfokus pada produksi kue kering dengan berbagai macam jenis antara lain monde, kue kacang, lidah kucing, dan lain-lain. Harganya juga bervariasi setiap jenisnya, mulai Rp18 ribu sampai Rp25 ribu, tergantung jenis dan porsi per toples kuenya,” tutur Mahfud.
Dari harga tersebut, Mahfud mengungkapkan bahwa omzet yang didapat per bulannya saat ini masih belum begitu stabil. “Karena penjualannya biasa kita titipkan pada beberapa toko sehingga bisa dibilang per bulannya sekitar tiga juta Rupiah,” ungkapnya.
Agar bisnis ini terus berjalan, Mahfud membeberkan motivasinya berangkat dari keinginan mecipatakan lapangan pekerjaan khususnya bagi alumni pesantren. “Motivasi kami berfokus pada alumni yang harus kami fikirkan saat lulus akan bagaimana, sehingga ide ini akan kami upayakan dan akan tetap kami ajarkan pada beberapa santri yang mampu untuk mengikuti kegiatan ini,” bebernya.
Dalam memasarkan produk, kata Mahfud, biasanya meminta alumni pesantren untuk memasarkan produk kue kering ini. “Mereka kami mintai tolong untuk memasarkan produk kami. Artinya kita memerintahkan santri menjajakan dagangan ke toko yang ada di Madura yang jangkauannya dari Sumenep sampai Bangkalan,” kata Mahfud.
Dikatakannya, untuk pemasaran kue kering ini pihaknya juga memasang nomor telepon di setiap toples kue. “Supaya kalau ada yang ingin memesan bisa langsung menghubungi nomor tersebut. Jangkauan pemasaran kami masih ada di Madura, dan beberapa kabupaten yang ada di Madura yaitu di Sampang dan Pamekasan,” ungkapnya.
Dengan produksi kue kering ini, menurut Mahfud, ada banyak manfaat yang bisa dirasarkan Ponpes Falahol Makkiyah, salah satunya sisa keuntungan bisa digunakan untuk membeli kebutuhan dan keperluan pesantren.
“Karena pesantren kami adalah salah satu pesantren yang gratis, menyediakan makanan gratis, dan santri pun tidak harus membayar seragam yang dipakai. Oleh karena itu, semoga bisnis kami ini semakin maju dan berkembang memiliki banyak pelanggan yang sudah percaya dengan kami, sehingga omzetnya semakin banyak,” tuturnya.
Bergabung dengan OPOP
Ponpes Falahol Almakkiyah Kabupaten Sumenep ini menjadi peserta OPOP Jatim yang bergabung sejak tahun 2022. Mahfud mengatakan yang melandasi Ponpesnya bergabung dengan OPOP adalah supaya Ponpesnya mendapatkan relasi-relasi dan pengetahuan dalam mengembangkan usaha pesantren.
“Kepada OPOP kami berharap mendapatkan ilmu dalam mengelola bisnis. Sehingga bisnis ini tidak hanya di Madura saja tapi bisa merambah ke wilayah lain. Selanjutnya yang paling kami harapkan adalah adanya support system dari OPOP untuk membantu kami agar bisnis kami ini menjadi bisnis yang baik dan sehat,” pungkasnya.
Program OPOP Jatim sendiri adalah salah satu program Pemprov Jatim yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis pondok pesantren melalui pemberdayaan santri, pesantren, dan alumni pondok pesantren.
Bila anda berminat membeli dan memesan kue kering ‘The Zumaika’ ini, bisa langsung menghubungi Pengurus Ponpes Falahol Almakkiyah, Mahfud di nomor 085231378388 . (vin/s)