POMOSDA Tangkap Peluang Budidaya Porang, Ekspor Hingga ke Jepang

Budidaya porang belakangan ini semakin diminati. Seperti halnya pesantren modern POMOSDA, yang telah budidaya tanaman jenis umbi ini hampir tujuh tahun. Namun yang menarik, POMOSDA melakukan budidaya porang dengan cara tak biasa, yakni dengan media polybag. Hasilnya tak tanggung-tanggung, Tak hanya menjadi incaran di skala nasional namun juga langganan ekspor ke negeri sakura, Jepang.

DP
Jumat, 12 Mar 2021
POMOSDA Tangkap Peluang Budidaya Porang, Ekspor Hingga ke Jepang
Santri POMOSDA melakukan budidaya tanaman porang dengan media polybag

SURABAYA - POMOSDA Nganjuk dikenal sebagai salah satu pesantren yang mandiri secara ekonomi dengan beraneka ragam produk agribisnisnya. Dibawah asuhan Kiyai Tanjung, POMOSDA mampu menunjukkan adanya pemberdayaan pesantren, khususnya dibidang pangan organik.

Seperti tanaman porang yang sedang menjadi incaran saat ini. Sudah dari tujuh tahun lalu, POMOSDA menangkap peluang budidaya porang. Namun yang menarik, pesantren modern ini melakukan cara berbeda. Jika porang biasa langsung ditanam di lahan tegakan. termasuk benihnya, tapi Pomosda memiliki ide lain. Mereka melakukan pembibitan di polybag. Setelah tumbuh baru dipindah ke lahan.

Irawan Arifianto Wardhana, Humas Koordinator POMOSDA mengatakan jika akan lebih mudah melakukan pembibitan di polybag daripada langsung ditanam di lahan.

“Daya hidupnya lebih tinggi kalau ditanam di polybag daripada umbi,” ucapnya melalui via telepon.

Dikatakan Irawan jika ada perbedaan saat melakukan pembibitan langsung di lahan dengan media polybag. Pihaknya mengaku jika pernah mengaplikasikan langsung di lahan tegakan, namun potensinya lebih tinggi mati.

“Tingkat kematian dengan pembibitan langsung di lahan tegakan dapat mencapai angka 30 persen dari tanaman yang dipersiapkan. Namun, dengan pembibitan dengan media polybag, hampir semua bibit dapat tumbuh dengan baik dan subur,” ujarnya yang sudah berinovasi dengan polybag sejak dua tahun lalu.

Selain ada potensi mati, bibit yang dikembangkan langsung di lahan juga relatif lebih lama tumbuhnya. Belum lagi, untuk perawatan dan pengawasannya juga lebih susah. Pasalnya, porang memakan area yang cukup luas.

Dalam proses pembibitan POMOSDA langsung menggerakkan santri. Dibutuhkan media tanah, kompos, arang sekam, dan katak porang. Selain itu menariknya lagi, jika dengan media polybag, maka tempat pembibitan tidak harus luas. pekarangan rumah pun dapat dimanfaatkan.

“Perawatannya relatif mudah. Santri secara rutin hanya menyiram setiap harinya. Sedangkan untuk pemupukan, cukup dilakukan dua minggu sekali. Lalu, untuk menyiangi rumput juga hanya perlu dikerjakan satu minggu sekali,” tuturnya.

Dengan media polybag, pembibitan hanya memerlukan waktu sekitar tiga bulan sebelum akhirnya ditanam di lahan. Untuk hasil budidaya POMOSDA membandrolnya dengan bermacam harga, tergantung ukuran dan tinggi dari bibit tersebut. Bahkan tanaman jenis umbi-umbian ini oleh POMOSDA diekspor ke negeri sakura, Jepang, lantaran banyaknya permintaan disana. Mulai dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetik, makanan, hingga obat.

Melihat banyaknya peluang yang dihasilkan,pihak pondok pun tidak membatasi jika ada orang atau kelompok yang ingin belajar di sana. Mereka membuka lebar kesempatan pihak luar untuk belajar melakukan pembibitan porang di polybag.

Diakui Gus Irawan, santri di sana juga diberi izin untuk mengembangkan pembibitan di rumah atau daerahnya masing-masing. Terlebih, santri yang memiliki lahan tegakan atau tinggal di lereng pegunungan. Tak kurang dari 25 santri telah menerapkan ilmu tersebut, sekaligus alumni pesantren juga ada yang telah membudidayakannya di lingkungan masyarakat.

“Kami justru mendorong hal tersebut. Karena bagaimana pun, membangun kemandirian memang menjadi misi kami. Dengan mereka dapat mengembangkan di rumah dan masyarakat, artinya misi tersebut tercapai. Untuk alumni kita juga ada contohnya alumni kita yang ada di Madiun, juga berhasil membudidayakan porang,” pungkas Gus Irawan.

Sebagai pesantren mandiri yang mampu menggerakkan roda perekonomian di lingkungan ponpes, POMOSDA juga bekerjasama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Nganjuk, serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dalam budidaya porang tersebut.(ebo)

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00