Peluang Produk Pesantren Tembus Pasar Eropa

One Pesantren One Product (OPOP) yang menjadi program prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini bersiap untuk jemput bola dalam mendorong nilai ekspor. OPOP yang memotori kemandiran ekonomi berbasis pesantren di Jatim tak ragu untuk menawarkan produk ke pasar mancanegara

DP
Senin, 19 Apr 2021
Peluang Produk Pesantren Tembus Pasar Eropa
Contok produk kopi hasil alumni pesantren. Hingga saat ini kopi telah dipasarkan di pasar lokal maupun nasional.

SURABAYA – Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi tinggi untuk mengembangkan sektor ekomi syariah. Kabar baiknya meski di tengah pandemi Covid-19 saat ini, ekonomi syariah di Indonesia mampu bertahan bahkan tumbuh positif.

Pesantren ialah salah satu yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan ekonomi syariah. Bukan hanya sebagai konsumen untuk berbagai produk ekonomi syariah, tetapi pesantren berpotensi menjadi produsen. Bahkan pesantren kini ditantang untuk bisa memiliki produk unggulan berorientasi ekspor.

Melihat hal itu One Pesantren One Product (OPOP), yang menjadi program prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini bersiap untuk jemput bola dalam mendorong nilai ekspor. OPOP yang memotori kemandiran ekonomi berbasis pesantren di Jatim tak ragu untuk menawarkan produk ke pasar mancanegara.

Muhammad Ghofirin, Sekretaris OPOP Jatim dalam diskusi virtual bertajuk “Potensi Ekspor Produk OPOP ke Eropa” Ahad (18/4/2021) mengatakan jika OPOP tentu akan mengambil kesempatan untuk menggenjot ekspor produk unggulan pesantren.

Dirinya mencontohkan pesantren yang sudah memiliki produk berorientasi ekspor yaitu Pesantren Sunan Drajat. Pesantren yang terletak di Paciran, Lamongan ini memiliki beberapa unit usaha yang sudah di ekspor ke beberapa negara di Asia. Diantaranya Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.

Seiring dengan kesempatan itu, Gus Ghofirin panggilan akrabnya mengatakan jika OPOP harus mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan dan persyaratan yang harus dimiliki guna memasuki pasar Uni Eropa.

“Jika produk asal pesantren tidak mau kalah bersaing dengan produk pangan asal negara lain, maka produsen harus memiliki pengetahuan tentang jenis sertifikasi produk pangan yang dimiliki oleh negara Uni Eropa. Kita harus tahu mulai dari standarifikasi, sertifikasi, perizinan, dan apa saja yang harus dipersiapkan,” ucapnya.

Menurut Gus Ghofirin salah satu produk unggulan yang bisa menjadi sample contoh untuk diterbangkan ke Eropa adalah kopi, mengingat kopi ialah komoditas yang banyak ditekuni oleh pesantren. Ada juga cokelat, seperti yang diamanahkan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, jika kedua komoditas ini diharapkan menjadi sumber produk yang bisa diekspor ke skala internasional.

“Ada pesantren yang bisa menghasilkan kopi rempah, ada juga coklat kelor, atau mungkin pihak sana bisa mengawal produk apa yang diinginkan atau yang bisa diambil dari Jawa Timur untuk pasar Eropa,” ucapnya.

Sebagai jembatan penghubung kerjasama antara pesantren Jawa Timur untuk mengambil pasar Uni Eropa, Prof. Dr. -Ing Hendro Wicaksono, dari Jacob University Bremen (JUB) Jerman, menilai jika keberadaan pondok pesantren di Jatim merupakan potensi besar untuk pelaku ekonomi syariah. Produk pesantren dengan sertifikasi halal juga menjadi incaran masyarakat khususnya di Negara Jerman.

Di Uni Eropa sendiri, negara yang menjadi pemasok makanan terbesar adalah Jerman. Karena itulah, Jerman menjadi pusat perkembangan standar sertifikasi pangan di wilayah Uni Eropa, dan juga diikuti oleh negara-negara di kawasan Uni Eropa maupun belahan benua lain. Ini artinya, produsen yang berhasil memperoleh sertifikasi pangan di Jerman, akan memiliki akses yang lebih mudah untuk memasuki pasar negara lain yang masih dalam satu wilayah Uni Eropa.

“Jika sudah ada pasar di Jerman, maka insyaallah bisa dikembangkan di titik – titik negara lain. Kita juga akan menyosialisasikan hal ini pada pihak KBRI dan KJRI,” tegasnya.

Dikatakan Prof. Hendro jika rencananya di Bulan April atau Bulan Mei tahun ini, akan dikirimkan salah satu produk sample kaldu makanan asal Sidoarjo yang akan dikirimkan ke Jerman. Pria yang juga Mustasyar PCINU di Jerman ini pun memberikan saran jika sebaiknya kemasan produk disertakan komposisi bahan serta kandungan nutrisi yang ada, mengingat masyarakat disana detail pada kandungan suatu produk.

“Bisa dicantumkan komposisi dan kandungan gizinya di kemasan, karena orang disini cukup detail. Jika OPOP memiliki katalog produk juga bisa dikirimkan dahulu,” tuturnya.

Kedepan diskusi ini akan semakin intens dilakukan dengan menggandeng para stakeholders dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, misalnya Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Timur,dsb.

Dengan langkah baik ini, diharapkan pesantren sebagai produsen utama mampu meningkatkan produktivitas dan mempertahankan kualitas produk, sedangkan pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat menyokong produsen – produsen tersebut agar dimudahkan melakukan ekspor. (ebo)

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00