Sang Pendobrak, Sosok Gus Dur yang Terus Hidup dalam Ingatan

Gus Dur hanya manusia biasa. Tapi, justru karena ‘kebiasaannya’ itu kualitas personal Gus Dur menemukan dimensi magisnya.

opopjatim
Senin, 23 Nov 2020
Sang Pendobrak, Sosok Gus Dur yang Terus Hidup dalam Ingatan
Sang Pendobrak, Sosok Gus Dur yang Terus Hidup dalam Ingatan

Oleh : Ahmad Dina

Gus Dur hanya manusia biasa. Tapi, justru karena ‘kebiasaannya’ itu kualitas personal Gus Dur menemukan dimensi magisnya. Apalagi kalau kita melihat perjalanan hidupnya yang tak serba mengkilap. Mulai ditinggal ayahnya di usia yang masih sangat belia, sampai drop out dari kampusnya. Dari kemampuan melihatnya yang terus memburuk, sampai lengser keprabon dari jabatannya sebagai presiden.

Menariknya, Gus Dur tetap menjadi magnet bagi masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Tak kurang Paul Wolvowitz, mantan Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat, menulis obituari saat mendengar kabar kematian Gus Dur.

Sebagian orang berkata bahwa orang sekaliber Gus Dur hanya lahir seratus tahun sekali. Kita tak perlu membahas hal itu. Yang pasti, gagasan-gagasan Gus Dur didiskusikan secara serius. Kritik-kritiknya dikutip untuk menguatkan pendapat. Joke-joke-nya ditertawakan bahkan hingga kini.

Produk Zaman yang Berubah

Gus Dur adalah produk peralihan zaman. Dari sebelumnya Orde Lama ke Orde Baru. Beliau juga hidup di masyarakat yang tengah mengalami krisis. Terutama krisis kepercayaan diri akibat tekanan Pemerintah yang memandang rakyat tak ubahnya manusia primitif yang harus didisiplinkan.

Kondisi yang penuh kemelut seperti ini juga pernah dialami oleh bapak-bapak bangsa pendahulunya: Soekarno, Hatta, Agus Salim. Mungkin, hanya dalam kondisi zaman yang penuh tekanan orang-orang dengan pemikiran hebat dan kontribusi yang besar bagi rakyatnya lahir.

Hal lain yang menarik dari seorang Gus Dur adalah penguasaannya terhadap literatur keislaman. Ini tidak mengejutkan. Keluarganya adalah orang-orang hebat dalam bidang dakwah. Kakeknya pendiri NU, ayahnya Menteri Agama pertama di Indonesia.

Namun, Gus Dur tetap punya perbedaan sekaligus keunggulan dibanding ayah dan kakeknya. Karena kondisi zaman yang berubah, kita melihat Gus Dur tak hanya bersinar dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan tapi juga kemanusiaan.

Perjuangan Gus Dur bagi umat manusia melampaui sekat-sekat primordial. Kalau sekarang kita mendengar para penerus Gus Dur, Yenny Wahid sebagai tokoh kuncinya, mengampanyekan politik kebangsaan, itu tak lain adalah ikhtiar mereka untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur.

Ditempa Keadaan

Sosoknya kontroversial. Tapi, itu hanya akibat dari kualitas pribadinya yang melampaui manusia-manusia lain yang sezaman dengannya. Dalam ungkapan temannya semasa di Kairo, Prof. Quraish Shihab, itu semata-mata menunjukkan Gus Dur orang yang cerdas.

Namun, sambung beliau, mereka yang mencintai Gus Dur sebaiknya mencintai secukupnya saja. Dan mereka yang membenci Gus Dur sebaiknya membenci sewajarnya saja. Gus Dur bukan Nabi Musa yang layak dipuji setinggi langit. Bukan pula Fir’aun yang pantas dibenci dan dimusuhi.

Keberanian Gus Dur adalah karakter yang tumbuh bersamaan dengan luasnya pergaulan dan kematangan spiritualnya. Ini boleh jadi hasil pergulatannya dengan berbagai tantangan yang ditemuinya di masa-masa sulit dan kedalaman pengetahuannya tentang agama.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00