Alumni Santri Jatim Ini, Dapat Beasiswa ke Tiongkok sampai S3

Novi Basuki, salah satu alumni santri yang kiprahnya menginspirasi. Berangkat dari Pesantren Nurul Jadid, dirinya mendapat beasiswa ke Negeri Tirai Bambu yakni beasiswa S1-S3.

DP
Senin, 24 Mei 2021
Alumni Santri Jatim Ini, Dapat Beasiswa ke Tiongkok sampai S3
Santri lulusan Pesantren Nurul Jadid yang mendapat beasiswa S1-S3, dikutip dari kanal Youtube Dahlan Iskan

SURABAYA – Ada ungkapan mengatakan jika “tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China,”. Hal tersebut dilakukan oleh alumni santri bernama Novi Basuki. Bahkan ia mendapat beasiswa pendidikan dari S1-S2 di Tiongkok.

Novi merupakan lulusan Pesantren yang tinggal tepat di lereng Gunung Argopuro, Situbondo. Ia merupakan anak tunggal. Setelah lulus SMP ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo.

“Waktu itu saya mau masuk pondok pesantren itu sejak lulus SD. Tapi, ibu saya bilang kamu masih terlalu kecil apalagi kamu anak tunggal. Terus lulus SMP akhirnya masuk di pesantren Nurul Jadid,” kata Novi dikutip dalam kanal YouTube Dahlan Iskan, Minggu, (23/5/2021). Bahkan cuplikan youtube ini juga diangkat oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa dalam akun instagramnya @khofifah.ip.

Ia menceritakan jika dirinya ialah generasi pertama lulusan Nurul Jadid yang dikirim ke Tiongkok untuk menempuh pendidikan tinggi. Saat di pondok, Novi masuk dalam kelas bahasa unggulan. Ia belajar bahasa Mandarin dengan guru yang didatangkan langsung dari Tiongkok. Dalam kesehariannya ia diwajibkan untuk menggunakan bahasa Mandarin atau bahasa Inggris dalam percakapannya.

Kala menempuah SMA di Pondok Pesantren Nurul Jadid, ia mengambil jurusan Bahasa Mandarin, yang mengajarkan praktik bahasa termasuk tulis menulis. Tapi kemampuan utamanya adalah berbicara.

Hingga ia lulus pada tahun 2010. Saat itu juga, dia menjadi satu-satunya siswa yang mendapatkan beasiswa kuliah ke negeri tirai bambu. Dia lalu dikirim ke Tiongkok dan tiba di Xiamen, kota terbesar di provinsi Fujian yang juga disebut dengan kota Amoy. Novi menghabiskan waktu 6 tahun di Xiamen saat menempuh pendidikan S1 dan S2.

Pria asal Situbondo ini menamatkan S1 jurusan Pendidikan Bahasa dan Budaya Tiongkok selama 3 tahun. Kemudian melanjutkan S2 mengambil jurusan Hubungan Internasional (HI) spesifiknya pada hubungan Tiongkok dengan Asia Tenggara.

Lalu, saat S3 ia pindah dari Xiamen menuju Guangzhou untuk mengambil jurusan Politik Internasional di Sun Yat-sen University. Setidaknya Novi sudah menghabiskan waktu di Tiongkok selama 10 tahun terakhir. Bahkan, ia merasa Tiongkok sudah menjadi kampung asalnya.

“Saya kalau mendarat di Tiongkok itu seperti pulang kampung rasanya. Bayangkan saya di pondok itu cuma 3 tahun, sementara saya di Tiongkok itu 10 tahun,” katanya.

Pria yang juga penulis buku “Ada Apa dengan China dan Islam di China Dulu dan Kini” ini juga memiliki nama Mandarin Wang Xiaoming. Ia memperoleh nama Xiaoming dari guru bantu pertamanya saat di pondok. Lalu guru keduanya datang memberi marga wang. Hal itu sampaikan tatkala Dahlan Iskan menanyai apa alumni santri ini memiliki marga atau tidak.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00