Pesantren Mambaul Hisan Sulap Limbah Kelapa Jadi Pundi Rupiah

Jika biasanya sampah hanya dibiarkan begitu saja, namun kehadiran limbah tersebut malah dijadikan salahsatu peluang usaha yang menjanjikan.

admin
Kamis, 05 Nov 2020
Pesantren Mambaul Hisan Sulap Limbah Kelapa Jadi Pundi Rupiah

Jika biasanya sampah hanya dibiarkan begitu saja, namun kehadiran limbah tersebut malah dijadikan salahsatu peluang usaha yang menjanjikan.

Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Mambaul Hisan, Blitar, yang memanfaatkan sampah batok kelapa menjadi sejumlah hasil kerajinan tangan atau produk daur ulang. Tentunya dengan modal yang tidak besar, namun keuntungan yang didapat justru sebaliknya.

Hal tersebut disampaikan Maftuh Burhanudin, koordinator pemasaran usaha pesantren, ditengah helatan agenda Jatim Fair 2020. Pria yang juga alumni Pesantren Mambaul Hisan tersebut mengatakan, jika kegiatan wirausaha ini baru saja terbentuk berbarengan dengan hadirnya OPOP Jawa Timur yang digagas oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.

“Usaha ini baru saja terbentuk sejak adanya OPOP Jatim. Alhamdulillah OPOP bisa memotivasi kami untuk menciptakan suatu produk asli pesantren yang bisa menghasilkan di pasaran. Dengan adanya OPOP ini pun santri dan pesantren kami diangkat,” ucapnya.

Diakui Maftuh jika pesantrennya juga pernah menjuarai kompetisi business plan yang digelar oleh OPOP Jawa Timur, dan pihaknya mengantongi juara favorit. Atas keberhasilan itu, Maftuh bersama para santri semakin semangat untuk merealisasikan ide bisnis tersebut menjadi produk unggulan pesantren.

“Kami pernah juara favorit 2, itu yang awalnya kami kian semangat. Ide bisnis ini harus direalisasikan,” tegasnya

Bak gayung bersambut nyatanya produk kerajinan karya para santri ini diterima baik oleh pasar. Produk-produk buatan santri ini diantaranya ada tas, gantungan kunci, kalung, juga piring, semuanya terbuat dari limbah batok kelapa. 

foto salah satu produk dari olahan kelapa

Selain itu Maftuh menjelaskan jika batok kelapa dipilih, karena banyak sampah kelapa sisa bahan masakan di area pesantren. Menurutnya modal bahan ini tidak besar, namun ketelitian pengerjaan para santri yang lebih dibutuhkan.

“Untuk modal memang tidak besar, karena bahan utama kita kan dari limbah sampah sekitaran pesantren yang kita manfaatkan. Tapi yang penting itu ketelitian para santri dalam pengerjaan, karena memang yang mengerjakan ini santri kita sendiri dari SMP hingga SMK,” ujarnya.

Dijelaskan Maftuh jika rata-rata pengerjaan produk ini dilakukan dengan sistem bergilir, agar santri tidak bosan dalam proses produksi.

“Rata rata produksinya kalo misal membuat piring yang mengerjakan lima santri, dalam satu hari maksimal bisa menghasilkan 20 piring,   karena proses merajut yang membutuhkan waktu agak lama. Sedangkan untuk tas lima santri perhari bisa membuat maksimal 50 tas. Ini semua kita gilir biar tidak bosan, misalnya santri ini merajut, besok dia melakukan finishing, besoknya lagi santri tersebut bertugas memilih batok. Selain dibuat santri agar tidak bosan, mereka juga akan tahu step by step,” jelasnya. 

Sejauh ini pun produk karya santri Mambaul Hisan telah dipasarkan dibeberapa tempat jujukan wisatawan di Blitar. Seperti lokasi wisata Makam Presiden Indonesia Pertama, Soekarno, dan kampung wisata edukasi Kampung Coklat. Selain itu produk kerajinan limbah batok kelapa juga telah dipasarkan dibeberapa marketplace.

Dengan harga yang cukup terjangkau mulai dari lima ribu rupiah hingga ratusan ribu, karya santri ini membuktikan jika produk asli pesantren tak kalah bersaing dengan yang lain.

foto para pengunjung

Ety Ziyadatul Husna, salahsatu santri pesantren Mambaul Hisan mengutarakan kegembiraannya dengan adanya OPOP Jatim. Menurutnya hadirnya OPOP bisa memotivasi dirinya untuk menghasilkan suatu karya yang bernilai. 

“Saya senang dengan adanya OPOP, karena pesantren kami bisa ada kegiatan baru yang menghasilkan. Nantinya latihan ini bisa bermanfaat kami kedepan untuk para santri, bekal saat kita bekerja, atau mungkin suatu saat nanti kami bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri dibidang kerajinan,” tutur santri yang saat ini duduk dibangku SMK.

PRODUK UNGGULAN

news
Rp 40.000,00
news
Rp 20.000,00
news
Rp 60.000,00
news
Rp 30.000,00
news
Rp 30.000,00